Sabtu, 05 Juni 2010

Dan Lukisan Langit Pun Berubah


Do you know, di kubah langit bintang tidak diam saja? Ini bukan soal terbit-tenggelam atau rasi apa dilihat pada bulan apa. Pernah membayangkan atau bertanya-tanya apakah neneknya neneknya neneknya … nenekmu melihat rasi Leo Sang Singa, misalnya, sama persis dengan apa yang kita lihat pada zaman sekarang?
Rasi Leo saat 100000 SM dan sekarang.
Rasi Leo saat 100000 SM dan sekarang.
Para astronom zaman dulu sudah bisa membedakan mana “bintang tetap” mana “bintang pengembara” (planet). Planet tampak oleh mereka bergerak di antara bintang-bintang dari rasi ke rasi. Seandainya malam ini kamu melihat planet Jupiter di sebelah Barat rasi Scorpio, beberapa malam kemudian dia akan berada di Timurnya.
Bagaimana dengan bintang? Menurut catatan kuno dua abad yang lalu, bintang-bintang di rasi Scorpio juga membentuk “gambaran” kalajengking seperti yang kita lihat sekarang. Sebenarnya bintang juga bergerak. Namun, karena begitu jauh jaraknya dari kita, pergerakan itu hampir tak teramati. Setelah ratusan ribu tahun akibat pergerakannya itu baru kelihatan. Laju perubahan itulah yang disebut gerak diri (proper motion) bintang.
Gerak proper bintang pada bidang langit
Gerak proper bintang pada bidang langit
Konsep yang lumayan rumit? OK, begini, bintang-bintang di Galaksi Bima Sakti ini rata-rata bergerak dengan kecepatan 10 km per detik atau 36.000 km per jam. Wow! Cepat sekali! Tapi, pertanyaannya adalah bisakah kita melihat gerakan ini dalam satu malam? Dengan kecepatan sebesar itu, dalam waktu satu jam bintang menempuh jarak 36.000 km. Andaikan bintang itu adalah Proxima Centauri, bintang yang terdekat dengan Matahari, yang berjarak 100 triliun kilometer. Jarak sudut bintang (pergeseran posisi bintang di langit) itu, katakanlah a, adalah sebesar 57,3 x (pergeseran sesungguhnya/jarak) = 57,3 (36.000 km / 100 triliun km). Seperseratus juta derajat atau sekitar sepersejuta detik busur! Sudut yang sangat kecil! Hanya dalam hitungan puluhan tahun perubahan itu baru akan teramati.
Para astronom menyatakan laju perubahan sudut ini dalam satuan detik busur per tahun (“/tahun). Bintang Barnard adalah bintang yang memiliki gerak diri paling besar, yaitu 10,25 “/tahun (dalam waktu 180 tahun bintang ini bergeser selebar bentangan bulan purnama).
Umumnya bintang-bintang mempunyai gerak sejati hanya 0,1 “/tahun. Setelah 20 atau 50 tahun perubahan posisinya baru teramati dan gerak dirinya bisa dihitung. Caranya? Dengan membandingkan dua foto daerah langit yang sama dengan pengambilan berselang waktu setidaknya selama 20 tahun. Itu pun baru pergeseran yang tampaknya tidak berarti kalau yang dibayangkan adalah perubahan bentuk suatu rasi.
Seandainya dihitung untuk katakanlah misalnya sejuta tahun yang lalu atau sejuta tahun yang akan datang? Manusia tentunya tidak bisa menunggu selama itu. Dengan simulasi komputer, bentuk rasi, misalnya rasi Beruang Besar (Ursa Mayor), bisa dilihat mundur ke masa lalu, ke zaman ratusan, ribuan, ratusan ribu tahun yang lalu. Hasilnya memperlihatkan penampakan yang sama sekali berbeda. Dia tak lagi layak mendapatkan nama Beruang Besar. Pada waktu itu bentuknya mirip lembing. Seandainya kita punya mesin waktu yang melemparkan kita ke zaman antah berantah, lalu kita melihat rasi yang seperti itu, kita bisa memperkirakan kita berada pada zaman apa, yaitu masa Pleistocene Pertengahan.
 
Perubahan posisi bintang dalam rasi Ursa Majoris atau Rasi Beruang Besar
 dari tahun 100000 SM - 100000 M
Perubahan posisi bintang dalam rasi Ursa Majoris atau Rasi Beruang Besar dari tahun 100000 SM - 100000 M
Dalam heningnya malam ini mengamati langit, duduk diam sambil memejamkan mata, membayangkan bintang-bintang di kubah langit atas sana, bergerak membentuk gambaran yang sama sekali berbeda dengan yang selama ini kita kenal…

Senin, 31 Mei 2010

Toyota Celica



Pada dasarnya hanya ada dua model Celica generasi terakhir yaitu ZZT230 bermesin 1ZZ-FE VVT-i, dan ZZT231 bermesin kemampuan tinggi 2ZZ-FE VVTL-i. Versi VVT-i disebut GT di Amerika, atau SS-I di Jepang, sedangkan yang bermesin VVTL-i adalah GT-S di Amerika, atau SS-II di Jepang. Di Australia semua model bermesin VVTL-i, baik untuk model SX dan ZR.

Transmisi untuk model yang bermesin 1ZZ-FE adalah 5 speed manual, 6 speed manual, atau 4 speed automatic. Sedangkan yang bermesin 2ZZ-GE menggunakan transmisi 6 speed manual atau 4 speed tiptronic automatic dengan shift button di kemudi.

Celica ini lebih kecil dan lebih ringan dari generasi sebelumnya, sehingga memberikan perbandingan tenaga dan beban yang baik dan lebih gesit. Jarak sumbu roda yang lebih panjang dan overhang depan yang lebih pendek juga membuatnya lebih stabil.

Dengan dibukanya kran import mobil di Indonesia pada akhir tahun 1999, Celica ini banyak masuk ke Indonesia. Model yang banyak beredar disini adalah SX dan SS-II. Celica dari Australia memiliki lampu sign di fender depan dan manual AC. Sedangkan Celica Jepang hadir dengan lampu indicator di bumper depan dan AC dengan digital climate control untuk model SS-II.

Optional untuk Celica adalah Elegant Sports Package dan Mechanical Sports Package. Elegant hanya diberi tambahan spoiler bawah, sedangkan Mechanical memiliki bumper depan yang berbeda dengan grille yang lebih besar, serta full body kit termasuk spoiler di bonnet dan bagasi yang lebih tinggi.

Di Eropa semua Celica menggunakan transmisi 6 speed manual. Model bermesin 1ZZ-FE dipasarkan dalam trim level 1.8 VVT-i Standard, Style, dan Premium. Sedangkan yang setara dengan GT-S atau SS-II bermesin 2ZZ-GE disebut 1.8 VVTL-i T-Sport. Pada tahun 2005, juga dipasarkan Celica GT versi Eropa. Ini adalah T-Sport yang diberi body kit dan velg alloy lebih besar, dan tidak sama dengan GT di Amerika.

2005 adalah tahun terakhir Celica di Amerika. Produksi Celica di Jepang berakhir pada bulan April 2006. Pada tahun terakhir ini, Celica hanya dijual di Jepang, dan beberapa negara Eropa saja.

Senin, 24 Mei 2010

Lamborghini Gallardo LP 560-4(spyder)



Lamborghini Gallardo LP 560-4 dengan atap terbuka (spyder) mungkin tidak cocok untuk iklim Indonesia. Karena itu, targetnya adalah mereka yang benar-benar ingin tampil beda. “Baby Lambo” ini bersaing dengan Ferrari California serta Ferrari F430 Spyder.

PENGGEMARsuper sport cardihadapkan dengan semakin banyak pilihan.Lamborghini Gallardo LP560-4 Spyder datang mewakili hasrat berkendara lebih tinggi. Jangan beranggapan kalau populasi mobil eksotis seperti Lamborghini di Indonesia tidak ada.Justru karena bertambahnya peminat, Lamborghini Jakarta (PT Artha Auto) semakin percaya diri menghadirkan varian baru yang semakin fantastis.

LP560-4 beratap terbuka (Spyder) pun didatangkan, siap diboyong ke garasi rumah. Dari data yang disodorkan LamborghiniJakarta, sejakFebruarilalu mobil Lamborghini di Indonesia sudah terjual 10 unit (termasuk inden).Berarti,target 12 unit hingga akhir tahun ini dari Lamborghini Jakarta tinggal menunggu waktu. Hadirnya LP560-4 Spyder dirasa cukup untuk menutup target.

Bahkan,tidak menutup kemungkinan populasi Lamborghini akan lebih banyak dari itu.Sebab,LP560-4 Spyder yang baru dihadirkan punya magnet lebih hebat dari varian yang didatangkan sebelumnya. ”Sudah ada beberapa costumer yang tertarik,” kata Endy Kusumo,Chief Operation Officer Lamborghini Jakarta.

Secara resmi, Lamborghini Jakarta mengenalkan LP560-4 kepada beberapa media nasional di Pacific Place, Jakarta, Sabtu (10/10) lalu.Banyak yang meragukan utilitas mobil ini jika dipasarkan di Indonesia. Apalagi, desain atapnya yang bisa dibuka,dirasa kurang cocok untuk iklim tropis yang panas.

Namun,Endy masih optimistis. Dirinya mengakui,desain atap terbuka dan tenaga besar LP560-4 Spyder kurang cocok untuk kondisi di Indonesia, tapi Endy juga melihat celah lain. ”Ada konsumen yang ingin lebih dari yang lain.Mereka selalu ingin tampil beda. Inilah bidikan kami,”sebutnya. Tentu saja tidak cuma rasa optimistis yang mengiringi perjalanan Lambo baru ini di Indonesia.

Lamborghini Jakarta sudah menyesuaikan beberapa item untuk kebutuhan orang Indonesia.Selain setir kanan, suspensi LP560-4 Spyder juga sudah beradaptasi, bisa dinaikkan hingga 5 cm untuk mengantisipasi jalanan bumpy. Secara keseluruhan, LP560-4 Spyder memang tampil menggoda. Desainnya baru,termasuk di dalamnya front bumper, bonnet, air intake, air diffuser belakang, knalpot, hingga air vent.

Yang menarik,atap jenis soft-nya tidak akan menimbulkan balloon effect ketika diajak lari dengan kecepatan supertinggi. Gallardo mengusung mesin berkapasitas 5.200 cc,V10 dan mempunyai tenaga 560 dk pada putaran 8.000 rpm. Akselerasi 0–100 km, hanya 4 detik. Klaim kecepatan maksimum 324 km/jam.Spesifikasi ini akan bersaing dengan Ferrari California dan Ferrari F430 Spyder.

Mobil yang didesain di Ufficio Tecnico Lamborghini, Technical Departement Sant Agata,Italia ini, merupakan pengembangan dari produk sebelumnya.Tenaganya lebih besar 40 dk dan bobotnya berkurang 20 kg. Meski tenaga dan konsumsi bahan bakarnya masuk kategori boros, LP560-4 Spyder masih bisa meningkatkan efisiensi bahan bakar dengan mengaplikasi sistem pasokan injeksi langsung.

Mengacu data resmi, konsumsi bahan bakarnya 4,8 km/liter. Emisi karbon dioksida turunsampai18%, terbaikdikelasnya. Jika berminat, siapkan kocek USD588.000 atau sekitar Rp5,64 miliar. Banderol itu masih off the road, siapkan juga dana tambahan untuk bea balik nama

Sabtu, 22 Mei 2010

LANCER EVOLUTION X


A New Breed of Speed. Mitsubishi Lancer Evolution, sedan sport yang dirancang untuk Anda yang menyukai kecepatan, kendaran ini siap menghadirkan performa terbaiknya dengan teknologi terdepan.

Itulah kata-lata pertama yang tampak pada brosur Misubishi Lancer Evolution. Melihat kalimat itu tau dong gimana sangarnya Evo?

Mitsubishi Evo memang sudah identik dengan kendaraan dengan performa dan kecepatan tinggi. Nah, inilah yang ditampilkan PT Krama Yudha Tiga Berlian Motors selaku pemegang merek Mitsubishi di Indonesia pada IIMS 2008 kali ini.

Tampil dengan warna merah, desainnya futuristik Evo dengan garis-garis tegas dan tajam dan berani dengan interiornya berkarakter sport dengan jok bucket seat Recaro.

Diperkuat mesin 2.0 liter MIVEC 4-silinder berkode 4B11 dipadukan dengan turbocharger-intercooler yang mampu menghasilkan tenaga 280 hp @ 6.500 rpm dan torsi 422 Nm @ 3.500 rpm.

Pengendalian Evo menggunakan S-AWC (Super All-Wheel Control), fitur gerak empat roda yang mengatur torsi dan rem ketika berakselerasi dan deselerasi. Lainnya Active Stability Control (ASC), Active Center Differential (ACD), Active Yaw Control (AYC), dan Sport Anti-lock Brake System (Sport ABS). KTB melansir dengan harga Rp 875 juta.

Tepat disamping Mitsubishi Lancer Evolution, ada Lancer EX 2.0GT. Spesifikasinya memang dibawah EVO X, namun karakter sportifnya tetap kental. Mesinnya menggunakan MIVEC 2.0 dengan daya 155 hp @ 6.000 rpm dan torsi 198 Nm @ 4.250 rpm. Medium saloon ini dilansir Rp 320 juta dan juga dilengkapi paddle shift.

Data dan Fakta

Mesin: 4B11 MIVEC with intercooler turbocharger inline 4-cylinder 16 valve DOHCKapasitas: 1.998 ccDaya maksimum: 295 ps @ 6.500 rpm
Torsi maksimum: 37.3 kgm @ 3.500 rpm
Panjang: 4.510 mm
Lebar: 1.810 mm
Tinggi: 1.480 mm
Wheelbase: 2.650 mm


Selasa, 18 Mei 2010

Orion, Pemburu Perkasa Di Langit Malam


Jika kita tengok langit malam pada bulan Januari-Februari akan tampak sebuah pola rasi bintang yang jelas: tiga buah bintang cukup terang, terletak sejajar, ditemani bintang-bintang terang di atas-bawah, kanan-kirinya. Orang pun langsung mengenali pola ini sebagai Orion, salah satu rasi bintang yang populer. Begitu populernya ia hingga dikenali oleh berbagai peradaban kuno manusia. Berbagai cerita pun berkembang tentang pemburu perkasa yang satu ini.

Dikisahkan dalam mitologi Yunani bahwa Orion jatuh cinta kepada Merope dan ingin menikahinya. Namun ayah Merope, Raja Oenopion tidak begitu menyukai Orion untuk menikahi anaknya. Orion berusaha memiliki Merope dengan berbagai cara, termasuk dengan kekerasan. Setelah berkonsultasi dengan Dyonisius, Oenopion menyihir Orion tidur ke dalam tidurnya yang panjang. Tidak hanya itu, ia pun membutakan mata Orion.
Setelah bangun dari tidurnya yang panjang, Orion mencari bantuan pada seorang peramal agar dapat melihat kembali. Peramal itu kemudian mengatakan pada Orion bahwa ia harus melakukan perjalanan ke timur dan membiarkan matanya disinari sinar matahari agar penglihatannya kembali. Orion pun melakukannya. Kemudian ia hidup di Kreta sebagai seorang pemburu nan gagah, dimana Dewi Artemis jatuh cinta kepadanya namun akhirnya membunuhnya. Kita pun sekarang dapat melihatnya sebagai seorang pemburu yang mendiami langit utara dengan ditemani dua anjing setianya, Canis Major dan Canis Minor.
Mudah sekali bagi kita untuk menemukan rasi Orion dengan mata telanjang. Untuk melihatnya sebagai seorang pemburu, langsung saja kita kembangkan imajinasi kita. Tiga bintang sejajar yang cukup terang; Alnitak (zeta Orionid), Alnilam (epsilon Orionid), Mintaka (delta Orionid) membentuk sabuk sang pemburu. Bergeser ke sebelah selatannya, tiga buah bintang yang lebih redup menandakan pedangnya. Di ujung sebelah kiri, bintang Betelgeuse (alpha Orionids) digambarkan sebagai bahu Orion. Di bawahnya secara diagonal terdapat bintang Rigel (Beta Orionids) yang membentuk kaki Orion.
Sebetulnya terang bintang Rigel melebihi terang bintang Betelegeuse. Rigel adalah bintang raksasa biru-putih bermagnitudo 0.08 sedangkan Betelgeuse bintang variable raksasa merah yang magnitudonya bervariasi antara 0.14 – 1.3. Rigel adalah bintang ke 6 paling terang di langit dan paling terang di rasi Orion. Betelegeuse termasuk ke dalam 20 bintang paling terang di langit.
Dalam rasi Orion terdapat lebih banyak bintang lagi selain yang telah disebutkan di atas. Beberapa di antaranya ada Bellatrix, Nair al Saif, dll. Bintang-bintang dalam rasi Orion ada yang berupa bintang ganda. Sebetulnya Rigel adalah salah satu contoh bintang ganda dalam rasi Orion. Namun bintang pendamping Rigel, mempunyai magnitudo 7 sehingga sangat redup cahayanya. Dengan menggunakan teleskop kecil masih susah untuk memisahkan Rigel dari bintang pendampingnya.
Orion juga kaya akan nebula, di antaranya adalah M42, M43, M78. Nebula yang menjadi favorit para astronom adalah M42, yang bersama-sama dengan dua bintang lainnya membentuk pedang Orion. Dengan magnitudo 4.0, semula para astronom mengira M42 sebuah bintang karena dengan mata telanjang M42 memang tampak di langit seperti sebuah bintang. Namun pada tahun 1618 astronom Rennus Cysatus menemukan bahwa M42 sebenarnya adalah sebuah nebula besar.
Tidak seperti nebula lainnya, M42 tidak hanya merefleksikan cahaya tetapi juga mengemisi cahaya. Telah lama para astronom mempelajari nebula berjarak 1500 tahun cahaya dari bumi ini dengan bantuan teleskop Hubble. Mereka memperkirakan bahwa di tengah nebula ini merupakan nursery bagi sekitar 700 bintang muda.
Yang tidak kalah terkenal dari rasi Orion adalah Orionid Meteor Shower yang biasanya terjadi pada 15 – 29 Oktober. Biasanya hujan meteor orion ini mencapai puncaknya pada tanggal 21. Sekitar 20 meteor per jamnya dapat terlihat. Tetapi ini dapat bervariasi dari 7 sampai 35 meteor per jam.
Tampaknya hujan meteor Orionid sudah mengundang perhatian sejak lama. Tercatat bahwa astronom Amerika, Edward Herrick, memperhatikan hujan meteor ini pertama kali pada tahun 1839. Pada 1864 astronom berkebangsaan Inggris, Alexander Herschel, melakukan observasi yang detil untuk pertama kalinya. Pada akhir abad 19 hujan meteor ini adalah salah satu hujan meteor yang paling banyak diobservasi.
Tentunya setelah membaca ini anda dapat menceritakan pada teman anda kisah tragis di balik rasi Orion, bukan? Atau anda tuliskan dalam agenda tahunan anda berakhir pekan di kawasan pegunungan untuk memburu hujan meteor Orionid bulan Oktober nanti. Selamat memburu sang pemburu.

Ibnu Al Shatir

Mungkin banyak yang belum ngeh, kalau dasar-dasar Heliosentris itu bisa jadi muncul pas jaman kejayaan astronomi di jazirah Arab. Dari SD kita sudah dicekokin bahwa heliosentris itu dirumuskan oleh Copernicus, bla bla bla ..Okay, kita tidak sedang belajar sejarah, itu bidang-nya pakar sejarah (OOT: pak Roy Suryo bisa membantu saya gak ya?).

Tapi belajar sedikit tentang sejarah itu perlu. Dari mana Copernicus dapat ide (matematis) tentang matahari sebagai pusat tata surya (heliosentris)? Apakah apel jatuh di atas kepala-nya? Menurut pakar-pakar sejarah astronomi, ada keserupaan ide matematika antara buku Copernicus yang berjudul “De Revolutionibus” dengan sebuah buku yang pernah ditulis sebelumnya oleh seseorang arab. Judul bukunya “Kitab Nihayat Al-Sul Fi Tashih Al-Usul” (-butuh penterjemah nih-). Buku ini ditulis sekitar seratus tahun sebelum jaman Copernicus oleh Ibnu Al-Shatir (1304-1375 CE)
Ibnu Al-Shatir adalah seorang pakar Muwaqqit di Mesjin Umayyad, Damaskus, sekaligus sebagai orang yang membangun sundial (ter?)besar.
Dari pengalamannya di dunia astronomi, Ibnu Al-Shatir menulis buku tersebut, yang merombak habis teori geosentris Ptolemeus; kendati belum beranjak dari teori geosentris, tapi secara matematis, Al-Shatir memperkenalkan adanya epicycle yang rumit (sistem lingkaran dalam lingkaran). Digambar tersebut, Al-Shatir mencoba menjelaskan bagaimana gerak Merkurius jika Bumi menjadi pusat alam semesta-nya, dan Merkurius bergerak mengitari Bumi.



















Model Merkurius Ibnu Al-Shatir

Matematika adalah bahasa yang universal, mempunyai kebenaran ilmiah yang tidak terbantahkan. Jadi apakah geosentris, atau heliosentris, maka, itu semua hanya menjadi perkara titik pangkal koordinat. Demikian pula dengan pemikir-pemikir di masa tersebut akan selalu berpegang pada kebenaran matematika, alih-alih berdebat kusir tentang yang mana yang benar. Perumusan matematika oleh Ibnu Al-Shatir ini yang kemudian, (dipercaya?) menjadi pondasi perumusan matematis Copernicus untuk memperkenalkan model Heliosentris-nya.
Dengan demikian, apakah memang bapak-bapak dari masa lalu tersebut mempunyai keberpihakan pada geo/helio-sentris? Yang pasti adalah , bapak-bapak tersebut akan selalu berpegang pada adanya kebenaran-kebenaran ilmiah (matematika), untuk bisa menjelaskan apa yang mereka amati. Tidak penting lagi geo/helio-sentris, tetapi lebih penting untuk bisa dijelaskan, sehingga bisa diterima sebagai suatu kebenaran yang ilmiah. Lalu apakah kebenaran ilmiah tersebut merupakan kebenaran absolut?

Senin, 17 Mei 2010

Masa Depan Bumi Saat Matahari Berevolusi


Milyaran tahun lagi, Matahari akan mengembang menjadi bintang raksasa merah. Saat itu, ia akan membesar dan menelan orbit Bumi. Akankah Bumi ditelan oleh Matahari seperti halnya Venus dan Merkurius? Pertanyaan ini telah menjadi diskusi panjang di kalangan astronom. Akankah kehidupan di Bumi tetap ada saat matahari menjadi Katai Putih?



Berdasarkan perhitungan yang dilakukan K.-P. Schr¨oder dan Robert Connon Smith, ketika Matahari menjadi bintang raksasa merah, ekuatornya bahkan sudah melebihi jarak Mars. Dengan demikian, seluruh planet dalam di Tata Surya akan ditelan olehnya. Akan tiba saatnya ketika peningkatan fluks Matahari juga meningkatkan temperatur rata-rata di Bumi sampai pada level yang tidak memungkinkan mekanisme biologi dan mekanisme lainnya tahan terhadap kondisi tersebut.

Saat Matahari memasuki tahap akhir evolusi kehidupannya, ia akan mengalami kehilangan massa yang besar melalui angin bintang. Dan saat Matahari bertumbuh (membesar dalam ukuran), ia akan kehilangan massa sehingga planet-planet yang mengitarinya bergerak spiral keluar. Lagi-lagi pertanyaannya bagaimana dengan Bumi? Akankah Matahari yang sedang mengembang itu mengambil alih planet-planet yang bergerak spiral, atau akankah Bumi dan bahkan Venus bisa lolos dari cengkeramannya?

Perhitungan yang dilakukan oleh K.-P Schroder dan Robert Cannon Smith menunjukan, saat Matahari menjadi bintang raksasa merah di usianya yang ke 7,59 milyar tahun, ia akan mulai mengalami kehilangan massa. Matahari pada saat itu akan mengembang dan memiliki radius 256 kali radiusnya saat ini dan massanya akan tereduksi sampai 67% dari massanya sekarang. Saat mengembang, Matahari akan menyapu Tata Surya bagian dalam dengan sangat cepat, hanya dalam 5 juta tahun. Setelah itu ia akan langsung masuk pada tahap pembakaran helium yang juga akan berlangsung dengan sangat cepat, hanya sekitar 130 juta tahun. Matahari akan terus membesar melampaui orbit Merkurius dan kemudian Venus. Nah, pada saat Matahari akan mendekati Bumi, ia akan kehilangan massa 4.9 x 1020 ton setiap tahunnya (setara dengan 8% massa Bumi).

Perjalanan evolusi Matahari sejak lahir sampai akhir masa hidupnya sebagai bintang katai putih. Saat ini Matahari berada di deret Utama (Main Sequence)

Setelah mencapai tahap akhir sebagai raksasa merah, Matahari akan menghamburkan selubungnya dan inti Matahari akan menyusut menjadi objek seukuran Bumi yang mengandung setengah massa yang pernah dimiliki Matahari. Saat itu, Matahari sudah menjadi bintang katai putih. Bintang kompak ini pada awalnya sangat panas dengan temperatur lebih dari 100 ribu derajat namun tanpa energi nuklir, dan ia akan mendingin dengan berlalunya waktu seiring dengan sisa planet dan asteroid yang masih mengelilinginya.

Zona Habitasi yang Baru
Saat ini Bumi berada di dalam zona habitasi / layak huni dalam Tata Surya. Zona layak huni atau habitasi merupakan area di dekat bintang di mana planet yang berada di situ memiliki air berbentuk cair di permukaannya dengan temperatur rata-rata yang mendukung adanya kehidupan. Dalam perhitungan yang dilakukan Schroder dan Smith, temperatur planet tersebut bisa menjadi sangat ekstrim dan tidak nyaman untuk kehidupan, namun syarat utama zona habitasinya adalah keberadaan air yang cair.

Terbitnya bintang raksasa merah. Impresi artis. Sumber: Jeff Bryant’s Space Art.

Tak dapat dipungkiri, saat Matahari jadi Raksasa Merah, zona habitasi akan lenyap dengan cepat. Saat Matahari melampaui orbit Bumi dalam beberapa juta tahun, ia akan menguapkan lautan di Bumi dan radiasi Matahari akan memusnahkan hidrogen dari air. Saat itu Bumi tidak lagi memiliki lautan. Tetapi, suatu saat nanti, ia akan mencair kembali. Nah saat Bumi tidak lagi berada dalam area habitasi, lantas bagaimana dengan kehidupan di dalamnya? Akankah mereka bertahan atau mungkin beradaptasi dengan kondisi yang baru tersebut? Atau itulah akhir dari perjalanan kehidupan di planet Bumi?

Yang menarik, meskipun Bumi tak lagi berada dalam zona habitasi, planet-planet lain di luar Bumi akan masuk dalam zona habitasi baru milik Matahari dan mereka akan berubah menjadi planet layak huni. Zona habitasi yang baru dari Matahari akan berada pada kisaran 49,4 SA – 71,4 SA. Ini berarti areanya akan meliputi juga area Sabuk Kuiper, dan dunia es yang ada disana saat ini akan meleleh. Dengan demikian objek-objek disekitar Pluto yang tadinya mengandung es sekarang justru memiliki air dalam bentuk cairan yang dibutuhkan untuk mendukung kehidupan. Bahkan bisa jadi Eris akan menumbuhkan kehidupan baru dan menjadi rumah yang baru bagi kehidupan.

Bagaimana dengan Bumi?
Apakah ini akhir perjalanan planet Bumi? Ataukah Bumi akan selamat? Berdasarkan perhitungan Schroder dan Smith Bumi tidak akan bisa menyelamatkan diri. Bahkan meskipun Bumi memperluas orbitnya 50% dari orbit yang sekarang ia tetap tidak memiliki pluang untuk selamat. Matahari yang sedang mengembang akan menelan Bumi sebelum ia mencapai batas akhir masa sebagai raksasa merah. Setelah menelan Bumi, Matahari akan mengembang 0,25 SA lagi dan masih memiliki waktu 500 ribu tahun untuk terus bertumbuh.

Matahari yang menjadi raksasa merah akan mengisi langit seperti yang tampak dari bumi. Gambar ini menunjukan topografi Bumi yang sudah meleleh menjadi lava. Tampak siluet bulan dengan latar raksasa merah. Copyright William K. Hartmann

Saat Bumi ditelan, ia akan masuk ke dalam atmosfer Matahari. Pada saat itu Bumi akan mengalami tabrakan dengan partikel-partikel gas. Orbitnya akan menyusut dan ia akan bergerak spiral kedalam. Itulah akhir dari kisah perjalanan Bumi.

Sedikit berandai-andai, bagaimana menyelamatkan Bumi? Jika Bumi berada pada jarak 1.15 SA (saat ini 1 SA) maka ia akan dapat selamat dari fasa pengembangan Matahari tersebut. Nah bagaimana bisa membawa Bumi ke posisi itu?? Meskipun terlihat seperti kisah fiksi ilmiah, namun Schroder dan Smith menyarankan agar teknologi masa depan dapat mencari cara untuk menambah kecepatan Bumi agar bisa bergerak spiral keluar dari Matahari menuju titik selamat tersebut.

Yang menarik untuk dikaji adalah, umat manusia seringkali gemar berbicara tentang masa depan Bumi milyaran tahun ke depan, padahal di depan mata, kerusakan itu sudah mulai terjadi. Bumi saat ini sudah mengalami kerusakan awal akibat ulah manusia, dan hal ini akan terus terjadi. Bisa jadi akhir perjalanan Bumi bukan disebabkan oleh evolusi matahari, tapi oleh ulah manusia itu sendiri. Tapi bisa jadi juga manusia akan menemukan caranya sendiri untuk lolos dari situasi terburuk yang akan dihadapi.

Kamis, 06 Mei 2010

Voyager 1

Voyager 1 seperti digambarkan seorang seniman NASA.

Saat diluncurkan, tujuan utama Voyager 1 adalah menyelidiki Jupiter dan Saturnus serta cincin dan bulan kedua planet tersebut. Sekarang, Voyager 1 sedang menyelidiki heliopause dan medium antar-bintang. Listrik Voyager 1 dibangkitkan menggunakan pembangkit termolistrik radioisotop (radioisotope thermoelectric generator) dan diperkirakan masih akan terus tersedia dan menyalurkan komunikasi dengan Bumi hingga sekitar tahun 2020. Saat ini (per 15 Agustus 2006), Voyager 1 meluncur pada kecepatan sekitar 61.000 kilometer per jam.

Voyager 1 akan menjadi interstellar probe selamanya seperti Pioneer 10, Pioneer 11, dan Voyager 2.


Peluncuran

Awalnya, Voyager 1 adalah Mariner 11 untuk Program Mariner. Secara kebetulan, teknologi Gravitational Slingshot yang digunakan waktunya cocok dengan susunan planet yang memungkinkan penggunaan gravitasi planet untuk pesawat luar angkasa tersebut atau Planetary Grand Tour.

Voyager 1 diluncurkan setelah Voyager 2 pada 5 September 1977 dan diset pada jalur yang membuatnya lebih cepat sampai Jupiter dan Saturnus

Galileo, Bapak Astronomi Modern

400 Tahun yang lalu tepatnya pada tahun 1609, seorang astronom italia bernama Galileo Galilei berhasil merampungkan teleskop astronomi pertamanya, dan kemudian mengarahkan teleskop itu ke langit. Hari itu ia berhasil melihat sebuah dunia baru yang penuh misteri yakni Jupiter si planet raksasa di Tata Surya. Galileo juga melihat keberadaan 3 titik yang redup disekeliling Jupiter. Apakah itu?

Galileo Galilei, Bapak Astronomi Modern. Kredit : Wikipedia

Selama beberapa bulan, Galileo mengamati Jupiter dan ia kemudian justru menemukan ada 1 titik lagi yang bersama 3 titik lainnya bergerak mengelilingi Jupiter. Mungkinkah itu bulan di dunia lain? Ya, tidak salah lagi. Keempat titik itu adalah bulan atau pengiring atau satelit dari planet Jupiter yang bernama Io, Europa, Ganymede, dan Callisto. Keempat satelit itu dikenal juga dengan nama Sateli Galilean, sebagai penghargaan pada Galileo yang sudah menemukan mereka.

Tidak hanya itu, Galileo juga berhasil melihat permukaan Bulan dan menikmati seluruh fasa planet Venus. Ia bisa melihat Venus sabit maupun purnama. Penemuan inilah yang mengubah cara berpikir manusia di dunia, dan membawa astronomi memasuki era baru. Era Astronomi Modern. Gerak Satelit Galilean mengelilingi Jupiter serta fakta seluruh fasa Venus bisa dilihat dari Bumi, membuktikan kalau Bumilah yang berputar mengelilingi Matahari. Dengan demikian penemuan Galileo menjadi pendukung bagi teori Heliosentris milik Copernicus yang mengatakan Matahari adalah pusat alam semesta. Sedikit tidak tepat karena di masa depan diketahui Matahari adalah pusat Tata Surya bukan alam semesta.

Pada tahun 1612, muncul penolakan terhadap teori Copernicus, teori yang didukung oleh Galileo dan di tahun 1614, dari Santa Maria Novella, Tommaso Caccini mengecam pendapat Galileo tentang pergerakan Bumi. Tommaso Caccini memberikan anggapan bahwa teori itu sesat dan berbahaya. Galileo sendiri pergi ke Roma untuk mempertahankan dirinya. Pada tahun 1616, Kardinal Roberto Bellarmino menyerahkan pemberitahuan yang melarangnya mendukung maupun mengajarkan teori Copernicus. Pada 1632, gereja Katolik menjatuhkan vonis bahwa Galileo harus dijadikan tahanan rumah. Ia tetap tinggal Arcetri dan menjalani hari-harinya disana sampai kemudian ia meninggal pada tahun 1642.

Mengenal Satuan-Satuan Jarak dalam Astronomi

Apakah itu “tahun cahaya”? Apa pula yang dimaksud dengan “Satuan Astronomi (SA)” atau biasa dikenal dengan Astronomical Unit (AU)? Lantas, apakah itu Parsec (pc), kiloparsec, dan megaparsec? …dan magnitudo?

Harus diakui, astronom punya satuannya sendiri yang unik dan agak lain dari apa yang kita pelajari dalam pelajaran fisika, misalnya. Hal ini wajar karena astronomi mempelajari berbagai benda langit di alam semesta ini, mulai dari skala atomik hingga seluruh alam semesta beserta isinya. Kadang-kadang tidak nyaman untuk menyatakan sesuatu jarak dalam satuan yang biasa digunakan sehari-hari, karena tidak cukup besar atau mungkin bahkan terlalu besar. Dalam kehidupan sehari-hari kita mengenal berbagai satuan panjang. Kita mengenal centimeter dan meter (1 meter = 100 centimeter) untuk menyatakan panjang atau jarak. Kalau jarak yang kita gunakan terlalu jauh, kita gunakan kilometer (1 kilometer = 1000 meter) atau mil (1 mil = 1.61 km). Kebetulan contoh-contoh satuan astronomi yang saya sebut di atas adalah satuan jarak (SA, tahun cahaya, dan parsec). Mari kita bahas artinya satu persatu!

Satuan Astronomi (SA) atau Astronomical Unit
Ketikkanlah “Astronomical Unit” ke dalam mesin pencari google, keluarlah angka ajaib: 1 Astronomical Unit = 149 598 000 kilometers! Nah lo, dari mana asalnya angka ajaib ini? Menurut definisinya, 1 Satuan Astronomi adalah jarak dari Bumi ke Matahari. Tapi bukankah jarak ini tidak tetap? Bukankah Bumi bergerak mengitari Matahari dalam lintasan elips? Akhirnya kemudian diambil definisi yang lebih akurat yaitu 1 Satuan Astronomi (1 Astronomical Unit, biasa disingkat AU) adalah panjang setengah sumbu panjang dari lintasan Bumi mengitari Matahari.

Penentuan jarak 1 Satuan Astronomi, atau jarak Bumi-Matahari, adalah perjuangan yang panjang. Aristarchus dari Samos, pemikir abad Yunani Klasik, memperkirakan jarak Bumi-Matahari paling-paling hanya 20 kali jarak Bumi-Bulan (jarak Bumi-Bulan: 384 000 km). Perkiraannya meleset jauh karena jarak Bumi-Matahari ternyata sekitar 390 kali jarak Bumi-Bulan. Jarak yang diberikan oleh google adalah hasil perhitungan modern yang menggunakan astronomi radio dan hitung orbit. Nilai eksaknya adalah 1 AU = 149 597 870.691 km, akurat hingga 30 meter.

Untuk perhitungan yang tidak membutuhkan ketelitian tinggi, membulatkan 1 AU menjadi 150 juta km (seratus lima puluh juta kilometer) kadang-kadang sudah cukup, lagipula lebih mudah diingat. Satuan Astronomi biasanya digunakan untuk menyatakan jarak dalam skala tata surya kita. Misalnya: Jarak dari Planet Mars ke Matahari kurang lebih 1.5 AU (bayangkan betapa tidak enaknya kalau harus selalu mengatakan, jarak Mars-Matahari = 228 000 000 km), jarak dari Matahari ke Planet Jupiter adalah 5.2 AU, ke Saturnus 9.58 AU, dan menuju planet katai Eris kira-kira 67 AU.

Tahun cahaya (light year)

Bintang-bintang dekat. Kredit : WIki
Bintang-bintang dekat.

Yang pertama harus diingat: Tahun cahaya bukanlah satuan waktu! Meskipun ada kata “tahun”, tetapi “tahun cahaya” adalah satuan jarak. Lagi-lagi ketikkan light year ke google dan keluarlah angka ajaib: 1 tahun cahaya = 9.46 x 10^12 km (sedikit di bawah 10 trilyun kilometer). Dari manakah asal angka ini? Satu tahun cahaya adalah jarak yang ditempuh seberkas cahaya selama 1 tahun. Wow! Seberapa cepat cahaya? Menurut pengukuran modern, dalam satu detik cahaya dapat menempuh jarak 300 000 km! Artinya, dalam satu nanodetik (sepersemilyar detik), cahaya menempuh jarak 30 cm…yah kurang lebih sepanjang sisi panjang kertas A4. Kalau selama setahun? Coba dihitung…dalam 1 menit ada 60 detik…dalam 1 jam ada 60 menit…dan dalam 1 hari ada 24 jam…berarti dalam 1 hari ada 86400 detik. Dalam setahun kira-kira ada 365 atau 366 hari, tergantung apakah tahun kabisat atau tidak…anyhow…dalam waktu 1 tahun, cahaya dapat menempuh jarak hampir 10 trilyun kilometer!

Mengapa kita membutuhkan satuan yang demikian besar? Jawabnya adalah karena jarak bintang terdekat dari Matahari adalah 40 trilyun kilometer! Jarak yang luar biasa besar ini tentu saja tidak nyaman untuk diungkapkan dalam kilometer, namun lebih mudah dituliskan dan nyatakan dalam tahun cahaya: 4.22 tahun cahaya. Jarak menuju beberapa bintang di sekitar Matahari kita biasanya dinyatakan dalam satuan ini: Jarak menuju Sirius adalah 8.58 tahun cahaya, jarak menuju Wolf 359 adalah 7.78 tahun cahaya (Dalam serial Star Trek: The Next Generation, Wolf 359 adalah lokasi pertempuran antara armada Federasi dengan bangsa Borg).

Peta di samping menunjukkan posisi bintang-bintang di sekitar Matahari dalam jarak 14 tahun cahaya dari kita. Jarak menuju pusat Galaksi kita, diperkirakan sekitar 30 000 tahun cahaya, sementara jarak menuju Galaksi Andromeda adalah sekitar 2 juta tahun cahaya.

Parsec (pc)

Gerak bumi mengelilingi Matahari. Kredit : Wiki
Gerak bumi mengelilingi Matahari.

“Apa? Kalian tidak pernah mendengar tentang Millenium Falcon? Itu kapal yang bisa menempuh Jalur Kessel kurang dari 12 parsec!” Bual Han solo kepada Luke Skywalker dan Ben Kenobi ketika mereka hendak mencari pilot yang dapat mengantarkan mereka ke Planet Alderaan. Dialog kecil dari film Star Wars (1977) ini barangkali terjadi karena Han Solo ingin menggembar-gemborkan kecepatan kapalnya, namun parsec bukanlah satuan waktu, melainkan satuan jarak. Ekspresi Ben Kenobi yang malesbanget menunjukkan bahwa bualan Han Solo tidak meninggalkan impresi apapun.

Parsec adalah kependekan dari “parallax of one arcsecond”. Ini juga merupakan satuan panjang, 1 parsec sama dengan kurang lebih sama dengan 3.26 tahun cahaya. Jarak parsec ini ada kaitannya dengan jarak 1 satuan astronomi yang sudah kita bicarakan di atas. Bila kita mengukur sudut paralaks sebuah objek dan menemukan bahwa sudut paralaksnya adalah 1 detik busur (sudut 1 derajat = 60 menit busur, 1 menit busur = 60 detik busur. Jadi, 1 detik busur = 1/3600 derajat), maka jarak menuju objek tersebut adalah 1 parsec. Dengan sedikit perhitungan trigonometri, kita mendapatkan bahwa jarak 1 parsec = 206265 Satuan Astronomi, atau sama dengan 3.26 tahun cahaya, atau dalam kilometer: 1 parsec = 31000 trilyun kilometer.

Meskipun satuan jarak ini hanya sedikit lebih besar daripada 3 tahun cahaya, namun astronom lebih senang menggunakan satuan ini karena dapat dikaitkan langsung dengan besaran teramati yaitu sudut paralaks. Jarak ini juga sering disanding dengan awalan kilo untuk menyatakan 1 kiloparsec (kpc) = 1000 pc dan juga mega untuk menyatakan 1 Megaparsec (Mpc) = 1000 kpc = 1 000 000 pc. Dengan cara ini, kita dapat menyatakan jarak yang teramat jauh hanya dengan sedikit angka, misalnya:

M51. Kredit : Wiki
M51. iGalaksi M51 jaraknya 7 Mpc dari Galaksi kita! Jarak menuju bintang terdekat tadi, Proxima Centauri, adalah 1.3 parsec.

Jarak menuju gugus bintang Pleiades adalah 135 parsec.
Jarak menuju pusat Galaksi: sekitar 8.5 kpc.
Jarak menuju Galaksi Andromeda: 780 kpc.
Jarak menuju Galaksi M51: 7 Mpc
(Perkiraan) jari-jari alam semesta kita: 24 Gigaparsec(!) atau Gpc. 1 Gpc = 1000 Mpc

Ångström
Ini juga satuan jarak, namun berbeda dengan satuan-satuan jarak yang telah dibahas di atas, kali ini adalah satuan jarak yang teramat kecil: 1 Ångström = 1/10 nanometer atau sama dengan satu per 10 milyar meter. Bersama dengan nanometer dan mikrometer (mikron), astronom menggunakan satuan ini untuk menyatakan panjang gelombang elektromagnetik yang mereka amati. Sinar Ultraviolet dekat, misalnya, berkisar antara 3000 hingga 4000 Angstrom, sementara sinar inframerah dapat berkisar antara 7000 hingga 30000 Angstrom.